REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Jose Mourinho menceritakan reaksinya saat melihat kejadian yang menimpa Christian Eriksen. Sebelumnya, Eriksen pingsan di sela-sela membela tim nasional Denmark menghadapi Finlandia pada laga perdana Grup B Piala Eropa 2020.
Duel tersebut berlangsung di Parken Stadium, Kopenhagen, menjelang Ahad (13/6) dini hari WIB. Ketika laga nyaris memasuki pengujung babak pertama, sang gelandang terjatuh hingga tak sadarkan diri selama beberapa menit.
Ia membutuhkan CPR dan ditandu keluar lapangan. Selanjutnya, jugador Inter Milan itu mendapat penanganan intensif di rumah sakit.
Setelahnya, kondisi Eriksen stabil. Dia bisa menelepon rekan setimnya, berbicara dengan mereka, sebelum pertandingan dilanjutkan kembali.
Mourinho mengaku terus memikirkan insiden tersebut. Ia berharap sepak bola berjalan ke arah yang lebih baik untuk melindungi semuanya.
Tentu saja, secara organisasi, membuat ketentuan. Bekerja sama dengan tim kesehatan, dokter, para spesialis.
Mourinho merasakan sesuatu yang lebih dari sekadar permainan itu sendiri. Cinta dari semua orang untuk Eriksen, juga keluarganya.
"Ini tentang keluarga sepak bola. Kemarin saya berdoa, saya menangis, tetapi berapa juta yang melakukannya di seluruh dunia? Saya percaya sepak bola dapat menyatukan orang," kata sosok yang kini melatih AS Roma itu, dikutip dari Mirror, Senin (14/6).
Ia mengenal Eriksen secara personal. Mereka pernah bekerja sama di Tottenham Hotspur selama beberapa bulan.
Mou langsung mencari tahu kabar sang gelandang dari orang terdekat. Kali ini, ia menghubungi Pierre-Emile Hojbjerg. Hojbjerg merupakan rekan setim Eriksen di Denmark dan penggawa Spurs.
"Pierre menyatakan hal positif tentang Christian. Kabarnya bagus, dan saya pikir ini momen untuk merayakannya," ujar juru taktik berkebangsaan Portugal ini.
Lalu bagaimana kondisi di internal timnas Denmark? Menurut pelatih Kasper Hjulmand, beberapa pasukannya mengalami trauma.
Hal yang lumrah. Mereka melihat sendiri, situasi yang mengejutkan. Jadi, tugas para pelatih membuat suasana senormal mungkin di kemudian hari.
"Mungkin terlalu singkat bagi sejumlah pemain, untuk mendapatkan makna untuk kembali bermain bola," tutur Kasper.
Apa pun yang terjadi, mereka tetap berusaha fokus ke pertandingan berikutnya. Setelahnya, tim Dinamit bertemu Belgia dan Rusia.